Ibu


            Pagi hariku selalu disambut dengan hangatnya terik matahari yang menyambutku lewat jendela. Setelah meregangkan otot badanku, tidak lupa aku melakukan rutinitas pagiku. Setelah aku punya pacar, rutinitas pagiku sedikit bertambah yaitu mengirimkan ucapan selamat pagi via line. Seketika aku baru sadar kalau ini hari minggu, hari dimana aku nganterin mama ke pasar. Aku pun segera bergegas ke kamar mandi untuk gosok gigi dan bersiap. Sebelum berangkat ke pasar, seperti biasa mama selalu menyiapkanku secangkir susu putih hangat untuk mengawali aktifitasku. Setelah kuhabiskan susu tersebut tanpa sisa, aku segera mengambil kunci motor dan mulai menghidupkan motorku. Singkat cerita tibalah aku di pasar yang sudah mulai ramai didatangi pengunjung. Aku memarkirkan sepeda motorku lalu bergegas menyusul mama yang sudah turun duluan. Selama dipasar, aku melihat banyak sekali orang berjualan, mulai dari jualan daging, sayur, tempe tahu, pakaian, hingga bumbu dapur.
            Tidak hanya sekali dua kali saja aku mengantarkan mama ke pasar dan mataku selalu tertuju pada 1 dagangan. Dagangan itu seolah memanggilku untuk melirik kearahnya. Dagangan yang menurutku tidak terlalu ramai oleh pembeli. Dagangan itu hanya dihiasi dengan karpet lusuh yang diatasnya ada berbagai macam sayuran. Sayuran-sayuran itu diawasi oleh ibu separuh baya yang memakai jaket hijau sebagai ciri khasnya. Lagi-lagi aku melihat tatapan semangat dari dalam dirinya untuk berjualan meski tubuhnya sudah mulai rentan. Sesekali ibu itu memanggil para pengunjung yang lewat didepannya untuk menarik perhatian. Sapaan hangat beserta senyum sumringahnya menyambut pengunjung yang hendak membeli daganganya. Selain menjajakan sayuran hijau, rupanya ibu itu juga menjual pulsa elektrik untuk menambah penghasilannya. Sepertinya dagangan ibu itu kurang laku sehingga ia mengambil alternative lain dengan berjualan pulsa. Hatiku semakin terenyuh ketika aku melihat ibu tersebut membawa bekal makanan sisa untuk dibagikan ke kucing-kucing disana. Rasa salut campur haru menjadi satu melihat kondisi sang ibu. Dengan kondisi yang serba pas-pasan, ibu itu tetap merawat dan selalu ingat bahwa ada kucing kelaparan disana. Ia pun cukup terlihat akrab dengan kucing-kucing disana. Sekali duakali ia bercanda dengan kucing guna menghibur diri dan mengusir rasa lelah.
            Tak terasa mama-pun selesai membeli bahan-bahan yang diperlukan, dan kini tibalah kami ditempat dagangan ibu itu. Mama memang selalu menjadikan tempat ibu itu sebagai tempat belanja yang terakhir. Meskipun hanya membeli beberapa sayuran, setidaknya kami memberikan penghasilan kepada ibu tersebut. Ternyata masih lumayan banyak sayuran ibu yang masih belum terjual. Tanpa aku sadari, aku berdoa kepada Tuhan agar rezeki ibu itu dilancarkan dan selalu diberikan kesehatan. Akhirnya aku dan mama pun selesai berbelanja dan segera pulang. Hari Minggu ku selalu kuawali dengan melihat sosok ibu berjaket hijau tersebut. Aku mulai belajar bahwa kegigihan dan semangat seseorang tidak dipandang seberapa tua atau muda orang tersebut. Aku cukup malu dengan diriku sendiri karena ku akui aku seringkali mengeluh tentang ini itu kepada mama. Sekarang berkat ibu berjaket hijau itu, aku mulai belajar bersyukur dengan kondisiku yang serba berkecukupan ini. Aku sadar masih banyak orang diluar sana yang kesusahan namun masih tahu bagaimana cara bahagia dan beryukur. Aku sangat berterimakasih kepada ibu itu karena tanpa disadari aku mendapat pelajaran dari sepenggal kisah hidupnya.

Komentar

Postingan Populer